Sekitar 5 tahun yang lalu, aku membeli sebuah kertas origami Tony Tony Chopper di Sunmor UGM. Aku memilih Chopper karena dia yang cukup sederhana serta merupakan karakter One Piece, salah satu manga terbaik yang pernah dan sedang kubaca.
Aku membawa origami itu ke kosku dan kusimpan dulu, menunggu punya lem untuk merekatkan kertas origami. Setiap kali beberes kosan, aku selalu menemukan origami itu dan setiap kali juga selalu aku kembalikan ke tempat semula. Tidak punya lem.
Lem sebenarnya mudah dicari, alasan lebih mudah dicari. Rasa malas bisa disembunyikan dengan mudah. Kalau malas mencari alasan, tinggal bilang “nanti saja” dan beberapa saat kemudian pasti sudah lupa. Cukup menunggu beres-beres berikutnya untuk bisa mencari alasan untuk menunda membuat origami ini.
Aku masih punya harapan untuk bisa membuat origami Chopper. Aku masih menyimpan kertas origami ini dengan sebuah keyakinan bahwa aku akan menyelesaikan origami ini. Suatu saat nanti. Entah kapan. Tapi yakin aja dulu.
Sampai akhirnya bulan lalu, aku mengajak istriku untuk membuat origami Chopper. Ada 2 alasan utama, dia punya lem dan dia punya keinginan yang lebih kuat untuk membuat origami ini.
Sekitar satu jam setelah acara menggunting dimulai, selesai sudah origami Tony Tony Chopper. Memang sebuah pertaruhan, menyimpan keinginan hanya berbekal keyakinan. Biaya memelihara keinginan ini cukup kecil, sehingga tidak terlalu rugi menahan diri selama 5 tahun untuk menyimpan origami ini. Masa penantian 5 tahun yang selesai dalam 1 jam.
Satu backlog keinginan sudah selesai. Saatnya menyelesaikan backlog lainnya.